Sabtu, 01 Februari 2014

peringatan maulid nabi di desa lumbung




minggon 2

Lumbung, (8/1) Telah diadakan Rapat Koordinasi ke dua dalam Bulan Januari 2014. Rapat dipimpin langsung oleh Kepala Desa Lumbung, Yuyun Wahyu D, bertempat di Aula kantor Desa Lumbung, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Poin-poin yang diinformasikan dalam rapat kali ini adalah sosialisasi kelas pembayaran JAMKESMAS yang diselenggarakan oleh BPJS, peraturan baru P3N yang berhubungan dengan KUA, pelaksanaan ronda, kebersihan masyarakat, penyelenggaraan KB dan imunisasi balita oleh Posyandu, peringatan maulid nabi, undang-undang desa yang akan disahkakan pada tahun 2015, serta penyelenggaraan pemilu.

Sosialisasi kelas pembayaran JAMKESMAS dibagi menjadi tiga, yaitu kelas 1 dengan iuran Rp60.000,00 per bulan per orang, kelas 2 Rp45.000,00, dan kelas 3 Rp22.500,00. Dengan adanya kewajiban membayar tersebut, kepala desa ingin mengusulkan kepada kecamatan, bagaimana dengan warganya yang tidak mampu.

P3N memberikan kebijakan baru, bagi pasangan yang akan menikah pada hari libur (Hari Sabtu, Minggu, dan tiap tanggalan merah) tetap dapat dilayani oleh KUA (Kantor Urusan Agama), namun administrasi tetap akan dilakukan pada hari kerja setelah hari pernikahan.



Minggon ini dihadiri oleh Kepala Dusun Kidul, Kaler, Pogor, Patrol, dan seluruh mahasiswa KKNM Unpad Desa Lumbung. Adapun kepala dusun yang berhalangan hadir adalah Kepala Dusun Nyalindung dan Talangsari.

desa lumbung

Menurut cerita yang berkembang di masyarakat  Desa Lumbung  pada awalnya belum mempunyai nama dan masih merupakan hutan Belantara. Hingga datang orang yang bernama  Tambleg Bumi  dan  Samber Nyawa beserta keluarga  di suatu daerah  yang saat ini bernama  Tajur. Dan mereka mulai membuka lahan untuk bercocok tanan dan dengan berjalannya waktu yang menghuni wilayah desa lumbung semakin banyak  dan lahan yang di bukapun semakin luas, adapun jenis tanaman yang ditanam  adalah padi dan umbi-umbian. Pada saat itu hasil panen yang didapat sangat melimpah sehingga sulit untuk menyimpan hasil panen dan atas inisiatif tokoh saat itu maka dibuatlah tempat penyimpanan hasil bumi, terutama  padi, yang diberi nama Lumbung (leuit atau tempat padi) sejak saat itulah daerah ini disebut lumbung. Seiring berjalannya waktu, bertambahnya jumlah penduduk, dan lahan garapan, maka dibuatlah beberapa tempat penyimpanan hasil panen  diantaranya  Lumbung Luhur, Lumbung Lebak, dan Lumbung Girang. Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa nama Lumbung diambil dari  tempat menyimpan padi (lumbung /leuit).
Desa Lumbung, Kecamatan Lumbung, Kabupaten Ciamis mempunyai luas wilayah 324.056 Ha, terdiri dari 7 dusun, yaitu Dusun 1 Nyalindung, Dusun 2 Kidul, Dusun 3 Kaler, Dusun 4 Talangsari, Dusun 5 Pogor, Dusun 6 Ciendut, dan Dusun 7 Patrol. Desa Lumbung mempunyai 9 Rukun Warga (RW) dan 31 Rukun Tetangga (RT). Dengan batas-batas administratif sebagai berikut:
1.       Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Lumbung Sari
2.       Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Sukaraharja
3.       Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Awiluar



4.       Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Rawa
Luas areal Desa Lumbung mencapai 324.086 Ha, memiliki sumber daya alam sebagai lahan usaha tani yang dapat dikategorikan menjadi beberapa areal, pertama areal irigasi dengan panjang 35,570 m, areal yang diairi seluas 119 Ha, sawah dan ladang seluas 123.783 Ha, pemukiman/perumahan seluas 30.172 Ha, perdagangan/pertokoan seluas 0.00392 Ha, perkantoran luas 1.750 Ha, pasar desa seluas 0.03 Ha, tanah wakaf seluas 0.0331 Ha, dan pemakaman/pekuburan seluas 7.54 Ha.
Jumlah penduduk Desa Lumbung hingga Desember 2013 adalah 3223 jiwa dengan jumlah penduduk pria sebanyak 1497 jiwa dan jumlah penduduk wanita sebanyak 1726 jiwa.
Kondisi Wilayah dari Desa Lumbung memiliki ketinggian tanah yaitu 600 m dari permukaan laut, curah hujan rata-rata 3000 m/tahun, dan suhu udara rata-rata 32° C. Adapun jarak dari Kantor Desa Lumbung ke Pusat Pemerintahan Kecamatan Lumbung sekitar 0.2 Km, jarak ke Pemerintahan Kabupaten Ciamis sekitar 26 Km, jarak ke Pemerintahan Provinsi Jawa Barat sekitar 290 kM, dan jarak ke Ibu Kota Negara Indonesia (Jakarta) sekitar 400 Km.

Sarana Perhubungan yang ada di Desa Lumbung  meliputi Sarana Transportasi dan Sarana Angkutan. Sarana Transportasi terdiri dari jalan yang sudah diaspal sepanjang 6.6 Km , jalan batu sepanjang 2.3 Km, dan jalan tanah sepanjang 2.5 Km. Sarana Angkutan terdiri dari sepeda sebanyak 52 orang, sepeda motor sebanyak 170 orang, dan mobil pribadi sebanyak 25 orang.

Lumbung, Desa Pelajar dan Mahasiswa

Desa lumbung yang terletak 26 km dari pusat Kota Ciamis, dikenal sebagai desa pelajar dan mahasiswa. Walaupun secara administrasi, Desa Lumbung merupakan salah satu desa dari sebuah kabupaten, namun kemajuan pendidikan desa lumbung cukup potensial apabila dibandingkan dengan desa-desa lain yang ada di kecamatan lumbung kabupaten ciamis ini.

Mengapa dapat dikatakan potensial atas kemajuan tingkat pendidikan? Masyarakat Desa Lumbung memiliki keinginan untuk menyekolahkan anak-anaknya setinggi mungkin dan anak-anak usia didik juga memiliki animo yang cukup tinggi akan pendidikan. Dengan adanya animo tersebut, pemerintah membuat sekolah menegah atas negeri pertama di Desa Lumbung.

Sebelum dibangun di atas lahan 1.200 ha, sekolah menengah atas negeri pertama desa lumbung masih merupakan filial dari sekolah menengah atas yang ada di Desa Kawali. Setelah memiliki jumlah siswa yang cukup untuk membentuk satu buah lembaga pendidikan (SMA) serta memiliki sebidang tanah untuk membangun fasilitas pendidikan, maka 3 tahun silam dibangunlah SMAN Lumbung.

Julukan sebagai desa pelajar dan mahasiswa sebenarnya sudah didapatkan Desa Lumbung sejak tahun 1970-an. Hal tersebut ditandai dengan terdapat beberapa anak Desa Lumbung yang telah berhasil menjadi dosen, profesor, bahkan rektor salah satu universitas pendidikan di Bandung.

Tingkat pendidikan, khususnya pada jenjang sekolah menengah atas terlihat sangat potensial apabila dilihat dari kemauan serta kemampuan intelektual siswa-siswanya, namun hal tersebut memiliki beberapa hambatan. Hambatan terbesar yang ada di Desa Lumbung ini dalam meningkatkan tingkat pendidikan adalah hambatan ekonomi. Tidak sedikit siswa kelas 12 sekolah menengah atas desa lumbung yang tidak melanjutkan pendidikan ke tingkat berikutnya karena keterbatas ekonomi. Bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan ekonomi tersebut, setelah menamatkan pendidikan menengah atas, mereka mulai untuk membuat usaha yang modalnya, biasanya berasal dari orang tua mereka.

Hambatan berikutnya adalah tentang pandangan bahwa mahalnya biaya kuliah di Bandung. Faktanya, terdapat banyak beasiswa yang disediakan bagi masyarakat kurang mampu dan berprestasi. Dengan adanya kegiatan Kuliah Kerja Nyata Mahasiswa Unpad, pandangan tersebut diharapkan hilang dan masyarakat lebih terdorong lagi untuk mencari informasi khususnya tentang beasiswa.